Ok Google, Kau Pintar! Dulu Sekolah Dimana?

Apa bedanya belajar lewat google dengan sekolah formal? Mana lebih efektif? Sebelum menjawab pertanyaan menggelitik tersebut, coba baca tanya jawab singkat antara seorang anak muda dengan eyang Gaul berikut ini.
Anak muda: Kenapa kita harus mencari ilmu di sekolah? Bukankah di Google sudah banyak tersedia gratis? Lebih lengkap lagi. Mau tanya ilmu apa aja, doi bisa menemukan jawabannya
Eyang Gaul: Maaf ya, coba kamu tanya pada Google, dulu dia sekolahnya di mana?
Membandingkan google dengan sekolah mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang konyol. Sama kayak saya yang menulis artikel berjudul: “oke google! Kamu kok pinter banget sih? Dulu sekolah dimana?” atau curhatan, keluhan dan pertanyaan kocak dari orang-orang iseng di kotak pencarian. Contohnya:
  • Halo google, dimana jodoh saya?
  • Mbah gugel, sirahku ngelu, aku kudu piye? (kata-kata bahasa Jawa yang artinya: Mbah Google, kepalaku pusing, aku harus bagaimana?
  • Oke google, kamu kan sudah 19 tahun, udah punya pacar belum?
kelebihan kekurangan belajar di internet dan di sekolah formal
Gokilnya, Google sama sekali tidak marah dipanggil mbah meski umurnya masih sangat muda. 27 september 2017 kemarin baru merayakan ultahnya yang ke 19. Dengan sabar dia menjawab semua pertanyaan iseng tersebut. Terlepas jawabannya nyambung atau tidak, yang jelas doi berusaha keras menampilkan semua artikel dan berita yang dicari orang. Mungkin itu yang jadi dasar pemikiran bahwa selagi masih ada internet, sekolah tidak penting

Google Menggantikan Peran Pendidikan Formal?

Ilmu bisa dipelajari dari mana saja dan diberikan oleh siapa saja, bahkan di tempat gelap oleh penjahat sekalipun. Tapi ilmu yang bisa dipertanggung-jawabkan manfaat positifnya, ada di tangan guru-guru di sekolah atau dosen di universitas

Artinya: Ilmu itu banyak jenisnya. Ada yang bersifat positif dan negatif. Untuk bisa mencuri, merampok, menjambret tanpa tertangkap juga butuh ilmu. Dan untuk mempelajari itu mungkin tingkat kesulitannya sama atau bahkan lebih sulit dibanding dengan belajar matematika. Nah, untuk mengarahkan anak-anak belajar ilmu yang positif, tempat terbaik adalah di sekolah. Itulah sebabnya orang tua tidak membiarkan kita para muda-mudi harapan bangsa tersesat jalan mempelajari hal-hal terlarang.

Apalagi di era “googelisasi” saat ini. Dimana arus informasi seolah tidak terbendung, butuh filter guna menyaring mana informasi yang benar dan mana yang menjerumuskan. Mana yang memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain dan mana yang justru menghancurkan. Dan para remaja yang masih gamang menghadapi masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, tidak semuanya mampu memilah mana yang baik dan yang buruk.

Tau sendiri kan, meskipun menkominfo telah melancarkan kampanye internet positif, sudah memblokir banyak situs berkonten negatif, tetap saja ada celah. Dengan mendownload software atau aplikasi tertentu, situs-situs tersebut bisa diakses dengan mudah. Itulah contoh sikap oknum remaja nakal, dilarang malah penasaran. Parah!

Apakah google tidak bagus untuk anak sekolah?

Ya bukan begitu juga keles. Sudah sering dibahas kan kalau internet itu ibarat golok? Di tangan Jaka Sembung, golok bermanfaat untuk menumpas kejahatan dan menegakkan keadilan. Tapi di tangan si orang jahat, golok akan sangat berbahaya. Begitu juga dengan google (baca: internet), akan memberi manfaat atau sebaliknya tergantung dari siapa dan untuk tujuan apa.

Kalau tujuannya untuk browsing memperkaya ilmu pengetahuan, pastinya berguna bagi dunia pendidikan. Tapi kalau tujuannya untuk menyebarkan fitnah, hoax guna memecah belah bangsa, tentu sangat berbahaya

Nah, peran orang tua dan para guru di sekolah inilah yang dibutuhkan supaya para remaja bisa memilah mana yang baik dan buruk. Jadi antara sekolah dengan google merupakan dua pihak yang saling bersinergi dalam mendidik generasi muda.

Pelajaran yang belum diajarkan di institusi pendidikan formal, bisa didapatkan di dunia online. Keteladanan yang tidak bisa diekspresikan di internet, bisa dilihat dari contoh sikap dan perilaku para pendidik. Intinya saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Tidak ada yang melarang kita internetan, browsing, main game, chating dengan teman, selfie-selfiean, youtube-an... Karena itu sudah jadi bagian dari gaya hidup (life style) anak muda hits, gaul, kekinian atau apapun istilah untuk mengidentifikasikan remaja modern masa kini. Kami sebagai orang tua tidak hendak merenggut dunia yang bikin kalian ceria. Sama sekali tidak! Percayalah, kami hanya ingin punya putra-putri yang berguna bagi keluarga, bangsa dan agama!
Mau jadi anak gaul, silahkan! Tapi jadilah anak gaul yang cerdas dan membanggakan.
Baca juga: kebiasaan remaja pintar
Jika ada yang bertanya: google dulu sekolah dimana kok bisa pintar? Jawabnya, di SDN INPRES: Situs Dan Narasumber INtelektual PREStisius. Jika Google yang sekolah sampai di SDN Inpres aja bisa secerdas itu, harusnya kamu yang udah SMP, SMA dan kuliah bisa lebih smart. Rajin belajar ya gaes...

Cucu boleh tanya atau komen apa aja asal sopan & gak spam. Kalo encok eyang tak lagi kambuh, eyang akan balas

Click to comment
 

Advertiser